Di Timur Tengah, bentuk-bentuk Islam yang kuat semakin populer dan semakin aktif dalam politik. Dari Brazil hingga El Salvador, Evangelikalisme Protestan menyebar dengan keberhasilan yang besar, menanamkan gairah spiritual dan suci di seluruh Amerika Latin. Pantekostalisme juga berkembang—dengan hebat—dan tidak hanya di seluruh Amerika Latin, tetapi juga di Afrika bahkan China. Di Filipina, puluhan ribu orang menyerahkan diri untuk pergerakan-pergerakan agama baru seperti El Shaddai. Banyak negara bekas Uni Soviet, yang menganut ateisme selama puluhan tahun, telah muncul dengan keimanan yang tidak hanya utuh, tetapi juga kuat dan bersemangat. Bahkan di Kanada, negara yang hampir tidak dikenal vitalitas religiusnya, ada bukti kebangkitan spiritualitas dan agama.
Di tengah-tengah kesalehan global yang bersemangat, di atas lautan luas kesakralan, Denmark dan Swedia mengapung layaknya perahu kecil kehidupan sekuler yang bertahan, yang di dalamnya sebagian besar orang tidak religius dan tidak menyembah Yesus atau Wisnu, tidak memuja naskah-naskah suci, tidak beribadah, serta tidak memercayai dogma esensial agama-agama besar di dunia. Orang-orang di dalamnya menunjukkan bahwa penyembahan Tuhan bisa melemah, doa bisa berhenti, dan Injil bisa tidak dipelajari, tetapi manusia tetap bisa memperlakukan orang lain dengan sopan, sekolah dan rumah sakit masih bisa berjalan lancar, kejahatan bisa tetap minim, bayi-bayi dan lansia bisa menerima semua perawatan dan perhatian yang mereka butuhkan, perekonomian bisa berkembang, polusi bisa tetap diminimalisir, denda tilang bisa dibayar, dan anak-anak bisa dicintai dalam rumah yang aman dan hangat.
Buku ini menelusuri dengan lebih mendalam dan berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa masyarakat tertentu tidak religius di dunia yang saat ini sangat religius.
Be the first to review “Masyarakat Tanpa Tuhan”