Jakarta lock down

Malang nasibnya seolah belum berakhir, Gadis terjebak dalam hubungan cinta segitiga dengan seorang lelaki pengusaha yang sering mengunjungi diskotik. Lelaki itu menawan hati gadis, padahal dia telah beristri. Hati Gadis selalu meyenandungkan nyanyian cinta ketika bertemu dengan lelaki itu.

Seandainya Gadis yang cerdas ini, usianya masih memungkinkan untuk melamar kerja di bidang tertentu dengan jenjang karier, hampir pasti dia akan menjadi perempuan yang terhormat. Atau bila memiliki suatu kemampuan untuk berusaha, mungkin akan berbeda ceritanya. Namun Gadis sudah tak muda lagi untuk mulai menapaki dunia kerja. Nyaris persyaratan lowongan pekerjaaan mencantumkan batas usia. Terpaksa dia bersedia menjadi objek eksploitasi, bekerja sebagai
pelayan di tempat hiburan hingga dini hari meskipun bukan sesuatu yang dapat dijalani dengan mudah.

Ya, segalanya telah terjadi dan itulah nasib. Siapa yang bisa mengubah nasib itu. Apakah diri sendiri atau orang yang memiiki kekayaan dan kekuasaan? Jawabnya tak bisa dipastikan. Maka tak salah bila dalam cerita ini mengandung rangkaian satire terhadap emansipasi kaum perempuan. Sebab ternyata masih banyak perempuan pada posisi paradoks atas harkat dan martabat perempuan yang mulia, lahir dengan takdir sebagai ibu.

Emansipasi masih menjadi sesuatu yang mahal. Padahal emansipasi telah sampai pada elevasi yang cukup tinggi bila tak bisa disebut sampai pada titik puncak. Namun ternyata kisah Gadis tak berakhir di sini. Karena peristiwa pandemi, diskotik tempat dia bekerja ditutup, Jakarta Lock Downlantas dunia seoalah berhenti berputar. Dia bersama sahabatnya Lilis, setiap hari hanya bisa di kamar kontrakan. Saat inilah kehidupannya berbalik 180 derajat. Gadis dan Lilis menjadi orang suskses berbinis online.