Sebuah buku kumpulan puisi bertajuk Kumpulan Sajak Dik Munthalib. Sajak-sajak tanpa judul jika dibukukan secara teknis akan sulit sebab tak dapat dikendalikan oleh daftar isi, sebab daftar isi umumnya didukung oleh judul sajak. Hal ini sebenarnya, dapat ditempuh dengan jalan mencantumkan “baris pertama” sajak dalam daftar isi. Tetapi, hal tersebut tidak dilakukan
dalam buku berjudul “kumpulan Sajak Dik Munthalib”, sebab penyairnya tidak menghendaki hal tersebut dilakukan oleh penghimpunan sajaknya.

Sebuah buku kumpulan puisi yang berjudul Tulip. Buku ini mengeksplorasi hal-hal di sekitar kita  dalam bentuk syair karya sastra.

1. Membaca Diri 
2. Cermin
3. Pada Cermin Itu di Mana Wajahku
4. Inilah Hidup
5. Trauma
6. Detak Jam Dinding di Tengah Malam
7. Tuhan Temukan Diriku dalam Meditasiku
8. Taubat
9. Bulan Terasa Sudah Tua
10. Kain Kafan
11. Sepi
12. Pada Tengah Malam Aku Menemuimu Tuhan
13. Hening
14.  Arti Dirimu
15. Sekali Ini Aku Menangis di Pundakmu
16. Benarkan Pintumu Sudah Tertutup
17. Jalan Pulang
18. Ajal
19. Untuk Anakku Tersayang
20. Doa untuk Anak-Anakku
21. Rindu Terhalang Waktu
22. Di Atas Sajadah
23. Agustus 2017
24. Talbiyah
25. Taif Kala Itu 
26. Memahami Angin
27. Doaku Untukmu
28. Sapu Tangan Mungil Buat Ibu
29. Untukmu Guruku
30. Tentangmu Guru
31. Indonesiaku Menangis
32. Alamku Mulai Panas
33. Ketika Ombak dan Pantai Bertemu
34. Ke Mana Sungai-Sungai Berhenti Mengalir
35. Meraih Asa
36. Bunga Mangga Berjatuhan di Musim Kemarau
37. Kerja Bakti
38. Arti Berbagi
39. Aku Masih Ingat Ketika Kau Menjatuhkan Mainan
40. Zamrud Katulistiwa
41. Burung-Burung Melintas di Pantai
42. Bhinneka Tunggal Ika
43. Wayang
44. Gerebeg Maulud
45. Reog Ponorogo
46. Tari Gambyong
47. Rumah Joglo
48. Buka Luwur
49. Dhandhangan
50. Tari Kretek
51. Batik Kudus
    
52. Menara Kudus
    

Kok “Kurusetra”? Apa kaitannya dengan Perang Agung Baratayuda dalam wiracarita Mahabarata? Sebagian besar cerpen dalam buku ini berkait paut dengan jagat pewayangan. Wayang memang telah menjadi minat penulis sejak kecil. Hal itu berangkat dari kesukaan
menonton wayang semasa kecil, pada acara sedekah bumi atau kabumi di kampung. Minat itu, sejauh ini, tetap terpiara secara baik.

Wayang, entah wiracarita Mahabarata atau Ramayana, acapkali menjadi sumber gagasan bagi saya dalam menulis. Kumpulan esai saya, Dusta Yudistira: Awas, Hoax Bertakhta di Media Kita! (2018), juga menggunakan cerita wayang sebagai gagasan atau bahkan pisau analisis untuk merespons fenomena kekinian. Puisi-puisi dalam kumpulan cerpen Sepasang Amandava (2019), sebagian juga bertolak dari kisah wayang.

Sebuah buku kumpulan cerpen yang ditulis dalam buku ringan, dan mudah dipahami pembaca. Buku ini menjadi pemantik untuk selalu berkarya dan mengkaryakan kisah hidup yang dijalani manusia dalam cerita fiksi.

Sebuah buku kumpulan cerpen yang menceritakan tentang kekuatan doa menjadi sebuah keajaiban hidup. Adapun cerita lengkap dalam buku ini yaitu:

Janji Risma ~ 7

Trio CCL ~ 13

Penyesalanku ~ 20

Anak yang Mandiri ~ 28

Boneka Panda ~ 34

Kejutan Buat Siska ~ 42

Kalung dari Peri ~ 47

Teringat Masa Lalu ~ 53

Takdir ~ 60

Ada Semangat, Ada Jalan ~ 68

Tak Ingin Ulangi ~ 74

Sebuah buku kumpulan geguritan yang berjudul Rembulan Saresmi. Buku ini bukan hanya sekedar tembang gurit yang didesain menjadi larik-lelarikan atau bait-baitan. bukan hanya bunyi-bunyi yang sama pada akhir larik. Geguritan merupakan sebuah ekspresi estetik dan simbolik yang dituangkan dalam bahasa Jawa. 

Sebuah buku novel yang mengisahkan Broto dan Sukimin pergi meninggalkan kampung di daerah terpencil untuk mengubah nasib. Kepergiannya dilatarbelakangi konflik dengan Pak Lurah yang otoriter dan memiliki keyakinan takhayyul.